Saterdag 12 Julie 2014

Berlalu



Mungkin karena hati punya batas lelahnya. Makanya aku tak tersipu saat kau katakan rindu. Mungkin waktu memberi tau mana yang pantas untuk di jaga. Makanya aku tak ragu saat kau tanyakan rasa yang dulu.
Rasanya terlalu telat untuk kita sama sama membicarakan yg sudah berlalu dengan cinta yang malu malu.  Tapi ntah kenapa tak ada rasa menyesal dalam keterlambatan ini.
Mungkin karena aku tau kau sudah bahagia dengan yang kau punya. Atau karena aku yang sudah terlalu bahagia dengan dia yang berada di sampingku saat ini.

Mungkin benar, Tuhan tak akan menurunkan luka tanpa obat nya. Aku hanya membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk menyadarinya.
Rasanya bahagia saat kau katakan hai kepadaku. Tapi ntah kenapa tak ada rasa berbunga bunga itu lagi yang merayap di hati.
Mungkin karena aku sadar kita yang tak mungkin untuk bisa bersama lagi seperti dulu. Atau aku yang sekarang terlalu menginginkan dia yang bersamaku. Dan bukannya kamu.

Aku tak tau. Ini aku yang terlalu lelah menunggumu atau dia yang sudah berhasil membuatku terlalu cinta.
Rasa nyaman yang dia hadirkan untukku mampu membalut kenangan yang dulu kau berikan untukku. Rasa cemburu yang berhasil dia ciptakan kepadaku mampu menyesap pedih luka yang dulu aku rasakan saat melihatmu dengan orang lain. Rasa sayang yang dia hadiahkan untukku mampu membuatku berpaling dari kenangan untuk terus menatap ke depan.

Kita mungkin memang ditakdirkan untuk menjadi stuck ke satu orang untuk waktu yang lama. Tapi itu bukan berarti kita tak akan mampu melaluinya. Kita hanya butuh waktu. Atau mungkin butuh seseorang yang akan memberikan kita hal hal yang lebih manis dan lebih indah di bandingkan semua kenangan itu.  
Lalu kita menjadi lupa. Seperti menata kembali ruangan. Kita hanya akan pelan pelan mengganti semua yang telah lama terpajang disana dengan sesuatu yang baru yang sekarang telah kita miliki. Lalu hanya akan ada dia di sana. hanya aku dan dia. Ruangan itu terlalu penuh untuk dimasuki hal lain selain kami.

Saat ini tak ada lagi kata seandainya yang menggantung seperti dulu. Tak ada pertanyaan seperti ‘seandainya yang ada di sampingku saat ini kamu dan bukannya dia’ saat aku berada di sampingnya.
Tak pernah ada lamunan kita yang dulu saat aku masih terjaga di malam yang larut. Tak ada lagi mendengar lagu yang kita dengar dulu saat aku mulai merindu.
Sekarang yang ada hanya dia. Terlalu bahagia dan membayngkannya. Terlalu marah dan membayangkannya. Terlalu sedih dan membayangkannya. Semua hanya tentang dia.

Sekarang kau hanya seseorang dari masa lalu yang pernah membuatku sangat cinta. Seseorang yang pernah membuatku bertahan dengan waktu yang lama dengan luka. Seeorang yang pernah membuatku jatuh dan susah lupa.  Tapi itu semua dulu.

Sekarang, rasa yang dulu Cuma sesuatu yang sudah berlalu :)



Missing You



Kenapa kau tersenyum seperti itu? Jangan bersikap seperti kau mengenal baik diriku karena aku bukan dia yang kau kenal dulu. Jangan berani menggenggam tangan ku seperti itu. Karena aku benci sentuhanmu. Sudah ku katakan aku bukan dia yang kau kenal dulu.
Kenapa kau menghampiriku seperti ini? kaki dan tanganku sedikit gemetar tapi aku yakin aku baik baik saja. Tentu, aku seperti biasa. Akan sangat baik baik saja.

Tapi aku bohong.
Bagaimana aku baik baik saja saat kau tinggalkan aku dengan alasan yang tak bisa kuterima seperti itu. Bagaimana aku baik baik saja saat kau tiba tiba menghilang seperti kau tak pernah ada.

Sisi hatiku hanya menjadi dingin saat kau kembali. Aku hanya membenci mu atas apa yang kau lakukan dulu. Aku tak  suka kau kembali dan mengacaukan semuanya seperti i ni.
Aku benci cinta mu yang mebakarku seperti dulu sebelum kau pergi. Aku benci perhatianmu yang membuatku semakin terluka saat kau menghilang.

Tapi aku lebih benci melihat diriku sendiri yang ternyata merindukanmu.

Kau menyuruhku untuk tersenyum. Bagaimana bisa. Kau kira yang dulu hanya lelucon. Lalu kau pergi dan akhirnya kembali seperti semua memang pantas kau lakukan kepadaku.
Jangan mendekatiku. Aku tak mau melihatmu tersenyum seperti itu. Aku benci melihatmu datang dengan membawa cinta. Cinta penuh perhitungan milikmu. Cinta memuakkan untukku.  
Tapi aku lebih muak dengan diriku yang ternyata masih mengingatmu dengan baik. Mengingat setiap kebiasaan yang kau lakukan saat kita masih bersama.

Sudahlah. Pergi dan berlalu seperti yang sudah semestinya. Jangan kembali untuk menegaskan bahwa slama ini sedikitpun aku tak pernah melupakanmu.  Jangan kembali untuk menyadarkan bahwa tak seharipun yang ku lalui tanpa merindukanmu. Aku benci itu. Aku membencimu.

Aku tau kau bahagia melihatku hancur seperti dulu. Untuk memuaskan egomu bahwa kau begitu di cintai. Aku tau kau tersenyum melihat air mataku, karena itu membuatmu percaya bahwa kau begitu berarti di hati seseorang. Pasti meyenangkan untukmu melihatku melamun dalam pedih. Karena itu membuatmu merasa puas. Bahwa kau berhasil membuat dirimu menjadi berarti dikehidupan seseoranng.
Tapi kali ini berhentilah. Aku tak akan memuaskan ego kejammu lagi.
Aku tak akan pernah memberimu kata “kita” untuk yang kedua kalinya.