Saling berbunga bunga sebelum semuanya jadi memudar jauh.
Sudah bukan satu dua masalah yang dilalui bersama. Sudah bukan satu dua kenangan yang terbuat.
Membicarakan masa depan seakan kita punya petunjuk. Seakan yang akan terjadi nanti, kita akan tetap jadi kita.
Mengingat semua hal yang kau coba untuk membuatku tertawa.
Kita saling cinta, iya kan?
Saat ego ku dan ego mu beradu, tapi masih cinta yang menang.
Saat kita masih saling menggenggam alasan untuk saling mempertahankan.
Saat kesibukkan bukan jadi alasan untuk saling melukai.
Saat kau masih berdiri tegak di hadapan mereka yang mencoba meraihku.
Saat kau masih dengan bangga menggenggam tanganku dihadapan mereka.
Lalu semua mulai memudar jauh.
Kau dan aku tidak lagi saling bersaut rindu.
Kita saling menjaga agar tak saling melukai, tapi dengan seperti itu, kita sudah mulai tidak saling tertawa.
Semua argumen yang kau muntahkan kepadaku, yang membuatku seperti seseorang yang tak lagi pantas diperjuangkan.
Tapi sayangnya, aku masih berjuang. Sendirian.
Kita tak saling menyerah, saling menunggu untuk yang lain menyerah duluan.
Tak katakan pisah walau tau hubungan ini tak lagi bisa kemana mana.
Aku bertahan dengan menggenggam semua kenangan indah yang dulu kita lalui. Dengan terus berdoa, semoga semua itu nyata.
Lalu aku tau, itu nyata. Senyata air mata yang saat ini terus ada.
Kenapa aku bertahan? Saat satu satu nya yang berjuang disini cuma aku.
Kenapa aku bertahan? Saat kau hanya diam menunggu aku pergi.
Kenapa aku bertahan? Saat yang kau beri belakangan ini hanya luka.
Lalu dengan kelelahan, aku meminta kami untuk berhenti. Berhenti untuk saling menyakiti maksudku. Aku tau, disini bukan cuma aku yg sakit.
Aku sakit krna terus berharap dia kembali cinta seperti pertama dia meminta ku untuk masuk kekehidupannya.
Dan dia juga sakit karna tertahan disini, bersamaku. Disaat perasaannya terhadapku sudah sangat hampa.
Untuk sesaat, saat untuk pertama kalinya kau bukan lagi milikmu, aku berfikir aku takkan mampu. Untuk tidak lagi berada disisimu, untuk tidak lagi bercerita hariku kepadamu, untuk tidak lagi tertawa dan melihatmu tertawa, untuk tidak lagi menjadi satu satu nya wanitamu.
Aku jadi takut bertemu malam dan pagi.
Aku takut kpada malam, krna stiap gelap datang, dia membawa semua kenangan kita ke kepalaku lalu menjatuhkan air mataku.
Aku takut pagi datang, karena setiap bangun tidur aku slalu berharap smua hal buruk yg ku tangisi tadi malam hanyalah mimpi.
Hari hari tanpa kamu datang. Tetap sama. Tapi jadi smakin menyedihkan. Aku tetap bernafas, tetap tertawa, tetap makan tapi sudah tidak lagi menunggumu.
Aku bertingkah seperti smuanya baik baik saja, seperti aku ini baik baik saja. Seperti kenangan yg bermain dikepalaku tidak membuat hatiku sakit.
Memaksakan diri untuk tidak melihatmu. Tidak lagi mencari tau tentangmu meski kepala terus bertanya tanya.
Sesekali aku bertanya pada sahabatku, apa pernah untuk sekaliii saja kau ingat aku lalu menyesal, tapi slalu dgn tegas dia menjawab, tidak!
Lalu aku teruskan hari hari ku, sampai akhirnya dia datang...
Dia datang dan membuat aku merasa bahwa aku masih pantas untuk di jaga dan di cintai. Dia datang dan membuat aku lupa bahwa aku sedang patah hati. Dia datang dan mendewasakanku.
Menyadarkanku bahwa tidak ada cinta yg dipaksakan, dua orang saling cinta dan mereka akan saling jatuh ke satu sama lain.
Dua orang saling cinta dan akan saling memperjuangkan, tidak dgn satu menunggu sdangkan yg lain bersakit sakit. Dua orang saling cinta dan mereka akan saling menjaga.
Ini tu bukan salahmu, mana bisa kau mengendalikan perasaanmu sendiri kan? Karna cinta memang bukan sesuatu yg bisa dikendalikan. Mungkin hanya caramu untuk menyampaikan itu yg kelewat kejam.
Terimakasih untuk semua yg pernah kau lakukan untukku, untuk semua yg pernah kau berikan kepadaku, untuk pernah membuatku menjadi wanita paling bahagia.
Terimakasih untuk sudah menerima kekuranganku untuk sementara waktu, terimakasih untuk pernah perduli saat kau tak lagi cinta, terimakasih untuk sudah membantuku membencimu walau itu sia sia, terimakasih untuk cinta yg dulu.
Kini kau dan aku sudah punya "kita" masing masing. Aku dan lelaki ku dan kau dengan "ntah siapapun yg akan jadi wanitamu".
seperti aku yg dulu begitu menyayangimu, kepada lelakiku kini aku pun begitu. Mungkin ini yg membuatku lebih bisa memaafkanmu.
Dari hubungan aku dan kamu yg dulu, aku mengambil hal hal baik untuk ku teruskan pada lelakiku dan meninggalkan yg buruk supaya dia tidak pergi, seperti kamu.
Dan ini aku, yang dulu wanitamu, terimakasih, semoga tak ada benci yg mengikat hatimu saat kau mendengar nama ku.