Setiap baca kata-kata “sebelum sejauh matahari kita pernah
sedekat nadi” aku slalu tersenyum sinis.
Berawal dari “hai” yang ringan kau menghilang berpendar
pelan-pelan. Seperti cahaya lampu kota saat dilihat dari atas bukit.
Aku suka sama kamu... ngga mungkin aku bilang ini duluan
kan?
Selalu suka kamu yang berbicara ringan dengan semua lelucon
mu yang tidak di buat buat. Aku fikir kita sama sama sedang fallin in love. Dengan
semua perhatian mu yang bulat bulat kau berikan kepadaku. Dengan semua senyum
ucapan good night manis yang mengawali mimpi manis ku.
Ku kira kita saling fallin in love saat kau mulai
menceritakan semua lagu favorite mu. Saat dengan lucunya kita membuat lagu
romantis itu menjadi konyol.
Semuanya berjalan baik-baik saja. Benar-benar baik-baik
saja.
Aku yang menyukaimu danmenunggu mu diam-diam untuk bilang
itu juga.
Sampai tiba-tiba kau berangsur menjauh. Melangkah mundur
dengan meninggalkan raut muka keheranan di wajahku. “hai” yang ringan jadi
begitu berat. Jadi begitu kutunggu tunggu tapi tak juga ada. Jadi semakin
memikirkanmu kenapa semuanya menjadi beda dengan tiba-tiba.
Lalu aku mulai berfikir, mungkin hanya aku yang
berbunga-bunga sedangkan kau menganggapku sebagai teman biasa. Teman tertawa
seperti teman yang lainnya.
Iya.. seperti yang lainnya.
Kau semakin melangkah mundur dan akupun begitu. Kau semakin
menjauh dan akupun seperti itu.
Lalu aku mulai terbiasa. Iya... terbiasa dengan melihatmu
dari jauh diam-diam.
Sampai akhirnya aku terbiasa diam.
Lalu aku mulai berjalan tanpa mu. Tertidur tanpa ucapan
ringan manis pengantar tidurmu. Tidak langsung menghubungimu saat aku terbangun
di tengah malam berharap kau belum tertidur dan bisa menemaniku.
Aku jauuuh dan kau pun juga begitu.
Dan hari itu datang. Dengan saling mengganggam kehidupan
masing masing di sebelah tangan kita, kita bertemu. Aku Cuma bisa diam.
Bagaimana aku harus bicara dengamu? Bagaimana aku harus
melihat kematamu dan tersenyum saat yang ingin ku lakukan saat itu hanya
mengajukan mu satu pertanyaan yang sama yang slama ini slalu ku ulang dalam
diam saat tiba-tiba mengingatmu.
Satu pertanyaan.
Hanya satu pertanyaan.
Apa dulu, Cuma aku yang jatuh cinta?