Dinsdag 29 April 2014

'ini cinta' kataku



Kau pernah bertanya , apa itu cinta? Bagaimana kita tau itu cinta? Seperti apa cinta itu?


Aku hanya bisa diam. Dari sekian banyak kata-kata manis tentang cinta, diam malah jawaban yag aku berikan kepadamu.

Lalu kita mulai berjalan beriringan. Dengan biasa, langkah yang seperti memiliki irama dalam setiap ketukannya. Lalu aku memalingkan wajahku kearahmu dan bilang ‘ini cinta’.

Kita  duduk bersebelahan, slaing berbincang santai tentang semua yang ingin kita bicarakan. Sesekali tersenyum dan tertawa. Angin yang memberi jarak diantara kita menyejukkan dan semakin membuat nyaman. Waktu terus menghitung helaan nafas kita berdua tanpa protes kenapa kita begitu betah untuk bersama seperti ini. Lalu aku mulai memanglingkan wajahku lagi ke arahmu dan bilang ‘ini cinta’

Saat jarak cukup untuk memberi ruang antar kita berdua untuk saling memahami tanpa harus saling mengunci tatapan. Saat kita berada di tempat yang jauh berbeda dan dengan aktifitas yang berbeda. Tapi terimakasih untuk manusia jenius dimasa lalu yang menciptakan hand phone yang membuat kita berdua bisa saling mendengar suara, berbagi rindu dan membayangkan ekspresi masing-masing saat itu. Menghabiskan malam dengan mendengar suaramu lalu aku menghela nafas dan bilang ‘ini cinta’.


Begitu banyak wajah yang mengisi hari-hariku. Begitu banyak wajah tertangkap mata dan kadang bertahan lama disana. Tapi tetap saja aku seperti kebiasaan hanya berharap untuk dapat menemukan wajahmu diantara wajah-wajah itu. Lalu aku mulai berfikir ‘ini cinta’


Aku mulai melamun tentang banyak hal. Tentang bagaimana kalau tidak pernah ada ini? Bagaimana kalau itu tiba-tiba lenyap menghilang? Lalu ntah bagaimana aku mulai memikirkanmu. Bagaimana kalau aku bertemu denganmu lebih cepat? Bagaimana kalu kau tiba-tiba mengacuhkanku? Dan rasa takut mulai merangkak menyelinap  di sela-sela kenyamananku. Lalu aku mulai berfikir dengan helaan nafas berat ‘ini cinta’

Saat kau mulai menggenggam tanganku dalam diammu. Aku melihatmu dalam jutaan fikiranku tentangmu. Bagaimana bisa aku begitu menyukai senyummu? Bagaimana bisa aku begitu menggilai raut cemburumu? Bagaimana bisa aku begitu memuja wajah sendumu saat sedang tenggelam dalam fikiranmu sendiri? Lalu aku mulai tersenyum ‘ini cinta’


Aku benci rasa khawatir yang menggelisahkan saat rindu mulai merajai emosi. Aku benci amarah yang tersenyum penuh kemenangan saat cemburu mulai mengambil alih seluruh perasaan yang aku miliki. Aku benci tentang harus menerima realitas yang wajar bahwa bukan hanya aku yang ada di hidupmu. Aku benci membayangkan bagaimana fikiranmu yang bisa memikirkan banyak orang sedangkan aku hanya kamu. Aku benci menyadari bahwa aku satu-satunya yang disini mengharapkan bahwa semoga akan selalu ada “kita”


Lalu aku tersenyum pahit ‘ini cinta’