Sondag 15 Desember 2013

this is me



Saya tujuh belas tahun.

Saya pernah kalah jatuh menangis lalu bangkit berdiri dan kemudian lari lagi.


Saya pernah berfikir dunia ini tidak adil dengan menghadirkan begitu banyak masalah untuk seorang selemah saya.
Saya pernah marah kepada tuhan karena begitu tega memberikan keluarga yang berantakan.
Saya pernah berfikir untuk menyerah dan merusak hidup sebagai salah satu tindak protes kepada takdir.
Saya jatuh. Saya hancur untuk pertama kalinya.

Lalu saya membuka mata. Saya bangun. Saya sadar ini hanya permulaan. Dan ini masih cobaan yang sangat ringan jika saja saya dari awal bisa menjangkau untuk melihat sekeliling. Melihat mereka yang hidupnya jauh lebih berat.


Saya kembali berjalan.


Saya pernah bermimpi menjadi seorang pilot yang gagah. Saya pernah bermimipi untuk jadi seorang bintang rock yang keren.
Saya pernah berfikir untuk jadi arsitek hebat yang sukses.
Lalu saya meragu. Saya tidak yakin untuk terus maju. Saya bingung harus memperjuangkan cita-cita yang seperti apa. Mau jadi apa saya ini. cocok untuk mendapatkan posisi apa orang seperti saya ini.
Saya jatuh lagi. Dalam kebimbangan yang saya ciptakan sendiri. Lalu saya mulai berfikir lagi kenapa dunia begitu tidak adil dengan menghadirkan seorang yang tidak mempunyai keahlian apa-apa seperti saya ini.
Lalu saya bangun lagi. Saya berdiri lagi. Berdiri sendiri dengan kaki saya. Saya kembali berfikir. Berfikir dengan semua yang ada di kepala saya sendiri.
Saya belum memutus kan mau jadi orang seperti apa saya beberapa tahun lagi. Tapi seperti yang saya bilang. Mau menjadi orang seperti apa saya. Orang biasa yang hidup serba biasa. Atau orang sukses yang punya kehidupan yang berat. Itu keputusan saya.
Saya bisa kalau saya mau. Saya tau saya bisa. Tidak akan membiarkan satu orang pun untuk membuat saya melupakan prinsip yang saya bangun dengan susah payah.


Ini kehidupan saya. Terlalu banyak jika saya harus membicarakan yang datang dan pergi.

Saya tujuh belas.
Saya pernah jatuh cinta. Saya pernah menyukai orang diam-diam . saya pernah merasakan begitu menyenangkan nya saat tau ada orang yang memberikan perhatian special yang lebih kepada saya.
Saya pernah berfikir saya bisa melewati semua rintangan dengan mudah saat seseorang yang saya sayang menggenggam tangan saya.
Saya pernah berfikir dialah yang saya butuhkan bahkan sampai tua nanti. Lalu saya ditinggal pergi. Saya di paksa untuk menerima kenyataan bahwa kadang cinta saja tidak cukup.

Saya pernah jatuh cinta. Saya pernah kalah dalam hal itu. Saya pernah jatuh sendirian memandangi punggung orang yang saya cintai pergi menjauh. Saya pernah berfikir dunia tidak akan pernah sama lagi saat dia yang saya harapakan begitu besar pergi saat saya sedang cinta-cintanya. Saya pernah menangis berhari hari. Saya fikir saya menangisi dia yang begitu bodoh meninggalkan saya yang begitu menyayanginya. Tapi ternyata saya salah lagi.


Saya punya begitu banyak pemikiran yang salah selama ini. ternyata yang saya tangisi berhari-hari adalah diri saya sendiri. Saya menangisi kebodohan saya karena membiarkan seseorang menyakiti hati saya yang berharga. Membiarkan mereka masuk dan mengacaukan segalanya dan akhirnya pergi. Ini salah saya.

Saya remaja.
Saya punya sahabat. Saya punya seseorang yang saya fikir sahabat. Saya punya rival yang diam-diam menjadi motivasi terhebat saya.

Saya pernah mempercayai orang yang balik mempercayai saya. Saya pernah mempercayai seseorang yang begitu bodoh sehingga dia menyia-nyiakan kepercayaan seorang yang tidak pernah berusaha menjatuhkan teman seperti saya.

Saya pernah memberi dan kembali di beri. Saya pernah memberi dan berdiri bodoh dengan tangan kosong. Saya pernah menyayangi dan kembali disayangi. Saya pernah menyayngi dan malah di caci maki.



Ini saya. Yang tidak cantik untuk bisa jadi miss Indonesia, ini sayang yang tidak cukup pintar untuk bisa selalu menjadi juara. Ini saya yang tidak cukup kuat untuk terus selalu menahan air mata.


Kadang kita berjalan di jalan yang salah. Mengambil keputusan yang slah dan menyesal setengah mati.  Kita terlalu waspada dengan batu yang besar sehingga kadang kita tersandung kerikil. Kita jatuh, teruka menangis sejadi-jadinya. Mengutuk kehidupan dan takdir. Menyalahkan tuhan atas sesuatu yang terjadi. Kadang kita membenci orang-orang dan kadang kita membenci diri sendiri.

Kadang kita merasa begitu hebat saat di cintai. Di waktu yang sama kita merasa begitu hina saat kita sadar telah ditinggal pergi.


Hidup terlalu rumit untuk di deskripsikan oleh kata-kata.
Hidup terlalu indah untuk selalu dihujani air mata.

Dengan hidup saya yang masih terlalu muda ini saya percaya. Semua yang terjadi itu semata-mata untuk menjadikan kita manusia yang lebih kuat. Lebih bisa ikhlas menerima kenytaan.


Bagaimana kita itu tergantung keputusan kita. Kita terluka karena kita memebiarkan diri kita terluka. Kita bahagia karena berani untuk membiarkan tawa kita menggantung bebeas di udara.
Ini saya tujuh belas tahun dan saya bahagia J


Setiap manusia punya sisi gelap dan terang jauh di dlam hatinya. Dan itu tergantung keputusan kita mau mendominankan yang mana. Mau jadi manusia yang bercahaya dengan mimipi-mimpinya yang akan menjadi nyata atau menjadi manusia yang terjebak dan kegelapan dan kebingungan mau pergi kemana. Itu terserah kita. Itu terserah saya

Vrydag 13 Desember 2013

who do you think you are



Aku terlalu cinta untuk menyadari rantai yang kau ikat dileherku terlalu kuat.
Aku terlalu tergila-gila untuk menyadari dinding yang kau bangun disekitarku. Kau atur kehidupanku sedemikian rupa. Apa yang boleh dan yang tidak itu kuasamu. Kau bos besar dalam kehidupanku tapi seperti yang ku katakan, aku terlalu cinta untuk sedikit saja sadar.
Aku terlalu percaya bahagiaku hanya di tanganmu. Aku terlalu yakin cintamu yang kuatkan aku.
Aku fikir yang kau berikan itu cinta, yang kau lakukan itu hanya lantaran kau sayang. Tapi lama kelamaan aku mulai muak. Semua yang aku suka kau bilang itu tidak baik.

Kau semakin semena mena dengan kehidupanku. Kau banting hatiku seakan itu benar-benar penuh milikmu. Kau obrak abrik perasaanku seakan itu hal yang wajar karna kau memang pantas.

Aku mulai muak. Ku katakan sekali lagi. Aku muak!
Saat aku berdiri menghadap masa lalu. Menontoni semua kebodohanku. Aku mulai percaya dan membuka mata. Aku pantas hidup lebih baik dari itu. Perlahan aku mulai mundur.
Dan saat kau mulai sadar, melempariku dengan janji janjimu yang kau bilang kau sanggup berubah. Yang kau bilang aku tidak memahami seberapa besar sayangmu kepadaku. Yang aku tau Cuma satu saat aku memandangimu, seberapa besar kau dulu merecoki kehidupanku.
Semua terlambat. Kau memaksakan untuk membuka hatiku. Dan saat itu terbuka yang kau bisa lihat hanya bayangan hitam bukan? Disitulah dulu kau tinggal, bodoh!
 Dan aku mula semakin muak. Dan ku katakan kepadamu.
Kau fikir kau siapa? Kau bahkan bukan ibuku!