Saya tujuh belas tahun.
Saya pernah kalah jatuh menangis lalu bangkit berdiri dan kemudian
lari lagi.
Saya pernah berfikir dunia ini tidak adil dengan menghadirkan
begitu banyak masalah untuk seorang selemah saya.
Saya pernah marah kepada tuhan karena begitu tega memberikan
keluarga yang berantakan.
Saya pernah berfikir untuk menyerah dan merusak hidup
sebagai salah satu tindak protes kepada takdir.
Saya jatuh. Saya hancur untuk pertama kalinya.
Lalu saya membuka mata. Saya bangun. Saya sadar ini hanya
permulaan. Dan ini masih cobaan yang sangat ringan jika saja saya dari awal
bisa menjangkau untuk melihat sekeliling. Melihat mereka yang hidupnya jauh
lebih berat.
Saya kembali berjalan.
Saya pernah bermimpi menjadi seorang pilot yang gagah. Saya pernah
bermimipi untuk jadi seorang bintang rock yang keren.
Saya pernah berfikir untuk jadi arsitek hebat yang sukses.
Lalu saya meragu. Saya tidak yakin untuk terus maju. Saya bingung
harus memperjuangkan cita-cita yang seperti apa. Mau jadi apa saya ini. cocok
untuk mendapatkan posisi apa orang seperti saya ini.
Saya jatuh lagi. Dalam kebimbangan yang saya ciptakan
sendiri. Lalu saya mulai berfikir lagi kenapa dunia begitu tidak adil dengan
menghadirkan seorang yang tidak mempunyai keahlian apa-apa seperti saya ini.
Lalu saya bangun lagi. Saya berdiri lagi. Berdiri sendiri
dengan kaki saya. Saya kembali berfikir. Berfikir dengan semua yang ada di
kepala saya sendiri.
Saya belum memutus kan mau jadi orang seperti apa saya
beberapa tahun lagi. Tapi seperti yang saya bilang. Mau menjadi orang seperti
apa saya. Orang biasa yang hidup serba biasa. Atau orang sukses yang punya
kehidupan yang berat. Itu keputusan saya.
Saya bisa kalau saya mau. Saya tau saya bisa. Tidak akan
membiarkan satu orang pun untuk membuat saya melupakan prinsip yang saya bangun
dengan susah payah.
Ini kehidupan saya. Terlalu banyak jika saya harus
membicarakan yang datang dan pergi.
Saya tujuh belas.
Saya pernah jatuh cinta. Saya pernah menyukai orang
diam-diam . saya pernah merasakan begitu menyenangkan nya saat tau ada orang
yang memberikan perhatian special yang lebih kepada saya.
Saya pernah berfikir saya bisa melewati semua rintangan
dengan mudah saat seseorang yang saya sayang menggenggam tangan saya.
Saya pernah berfikir dialah yang saya butuhkan bahkan sampai
tua nanti. Lalu saya ditinggal pergi. Saya di paksa untuk menerima kenyataan
bahwa kadang cinta saja tidak cukup.
Saya pernah jatuh cinta. Saya pernah kalah dalam hal itu. Saya
pernah jatuh sendirian memandangi punggung orang yang saya cintai pergi
menjauh. Saya pernah berfikir dunia tidak akan pernah sama lagi saat dia yang
saya harapakan begitu besar pergi saat saya sedang cinta-cintanya. Saya pernah
menangis berhari hari. Saya fikir saya menangisi dia yang begitu bodoh
meninggalkan saya yang begitu menyayanginya. Tapi ternyata saya salah lagi.
Saya punya begitu banyak pemikiran yang salah selama ini.
ternyata yang saya tangisi berhari-hari adalah diri saya sendiri. Saya menangisi
kebodohan saya karena membiarkan seseorang menyakiti hati saya yang berharga. Membiarkan
mereka masuk dan mengacaukan segalanya dan akhirnya pergi. Ini salah saya.
Saya remaja.
Saya punya sahabat. Saya punya seseorang yang saya fikir
sahabat. Saya punya rival yang diam-diam menjadi motivasi terhebat saya.
Saya pernah mempercayai orang yang balik mempercayai saya. Saya
pernah mempercayai seseorang yang begitu bodoh sehingga dia menyia-nyiakan
kepercayaan seorang yang tidak pernah berusaha menjatuhkan teman seperti saya.
Saya pernah memberi dan kembali di beri. Saya pernah memberi
dan berdiri bodoh dengan tangan kosong. Saya pernah menyayangi dan kembali
disayangi. Saya pernah menyayngi dan malah di caci maki.
Ini saya. Yang tidak cantik untuk bisa jadi miss Indonesia,
ini sayang yang tidak cukup pintar untuk bisa selalu menjadi juara. Ini saya
yang tidak cukup kuat untuk terus selalu menahan air mata.
Kadang kita berjalan di jalan yang salah. Mengambil keputusan
yang slah dan menyesal setengah mati. Kita
terlalu waspada dengan batu yang besar sehingga kadang kita tersandung kerikil.
Kita jatuh, teruka menangis sejadi-jadinya. Mengutuk kehidupan dan takdir. Menyalahkan
tuhan atas sesuatu yang terjadi. Kadang kita membenci orang-orang dan kadang
kita membenci diri sendiri.
Kadang kita merasa begitu hebat saat di cintai. Di waktu
yang sama kita merasa begitu hina saat kita sadar telah ditinggal pergi.
Hidup terlalu rumit untuk di deskripsikan oleh kata-kata.
Hidup terlalu indah untuk selalu dihujani air mata.
Dengan hidup saya yang masih terlalu muda ini saya percaya. Semua
yang terjadi itu semata-mata untuk menjadikan kita manusia yang lebih kuat. Lebih
bisa ikhlas menerima kenytaan.
Bagaimana kita itu tergantung keputusan kita. Kita terluka
karena kita memebiarkan diri kita terluka. Kita bahagia karena berani untuk
membiarkan tawa kita menggantung bebeas di udara.
Ini saya tujuh belas tahun dan saya bahagia J
Setiap manusia punya sisi gelap dan terang jauh di dlam
hatinya. Dan itu tergantung keputusan kita mau mendominankan yang mana. Mau jadi
manusia yang bercahaya dengan mimipi-mimpinya yang akan menjadi nyata atau menjadi
manusia yang terjebak dan kegelapan dan kebingungan mau pergi kemana. Itu terserah
kita. Itu terserah saya